Hayyy...Kawan!! SELAMAT DATANG

Kamis, 18 Mei 2017

Perisai Putih


16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

 Perguruan Silat Nasional Perisai Putih

Perguruan Silat Nasional Perisai Putih atau disingkat PSN Perisai Putih didirikan pada tanggal 1 Januari 1967 di Surabaya oleh Raden Achmad Boestami Barasoebrata atau dikenal juga dengan Pak Boestam.

Keilmuan Pak Boestam berasal dari kakeknya, Kyai Haji Agus Salim atau yang di lingkungan masyarakat Sumenep dikenal dengan nama panggilan Ki Lamet. Pak Boestam adalah putra ke-3 dari 9 bersaudara yang lahir pada tanggal 4 Desember 1939 di Bangselok, Sumenep, Madura.

Pak Boestam juga mempelajari berbagai aliran pencak silat di nusantara dan beladiri asing yang masuk ke Indonesia. Pemahamannya terhadap perbedaan jurus pencak silat di berbagai aliran disikapinya dengan arif. Pak Boestam mengemukakan bahwa semua perguruan pencak silat memiliki kelebihan masing-masing yang semuanya baik dan patut dipelajari, walaupun kemudian di dalam perkembangannya Pak Boestam menjadikan pencak silat ala Madura sebagai ciri khasnya.

Dengan misi melanggengkan tradisi, Pak Boestam kemudian melatih para kerabat, tetangga dan orang-orang di sekitarnya agar menguasai pencak silat. Lambat laun murid Pak Boestam semakin bertambah dari waktu ke waktu. Untuk mewadahi keberadaan murid-muridnya, pada tanggal 1 Januari 1967 Pak Boestam dibantu oleh Kapten Soeparman mendirikan perguruan pencak silat di Surabaya yang dikenal dengan nama Yiusika, akronim dari Yiuyitsu / Jiujitsu, Silat dan Karate. Yiusika juga sering disebut sebagai Sekolah Beladiri Tanpa Senjata.

Pada tahun 1971, S. Himantoro dari Surabaya mengembangkan Yiusika ke Jakarta dengan bantuan Joni Heru Riono. Tempat latihan pertama berlokasi di Jakarta Utara yang dipimpin oleh AKBP Drs. Soetedjo, yaitu di markas Komando Sektor Kota 722 Jakarta Utara. Dari Jakarta Utara kemudian dikembangkan lagi ke Jakarta Timur dengan tempat latihan di mes Badan Pusat Statistik yang dipimpin oleh Daeng Husin Umar.

Perkembangan Yiusika di Jakarta semakin pesat. Pengembangan berlanjut ke Jakarta Selatan di bawah pimpinan Soediono. Kemudian dengan bantuan Drs. Hadi Mahmud, perguruan juga berkembang di Jakarta Pusat yang dipimpin oleh Hadi Prayitno. Tidak ketinggalan Jakarta Barat juga menjadi tempat pengembangan Yiusika dengan tempat latihan di Jelambar yang dipimpin oleh Maxi.

Seiring dengan upaya mempersatukan perguruan pencak silat di Indonesia dalam wadah organisasi IPSI, maka Yiusika ikut mendaftarkan diri menjadi anggota IPSI pada saat Kongres IPSI ke-4 tahun 1973. Proses pendaftaran mengalami kendala karena Yiusika menggunakan nama berunsur beladiri asing.

Dengan bantuan ide dari William Maramis, ditambahkan nama Perisai Putih di belakang nama Yiusika sehingga menjadi Yiusika Perisai Putih. IPSI kemudian menerima Perisai Putih menjadi anggotanya, bahkan kemudian ditetapkan sebagai salah satu dari 10 Perguruan Historis Pencak Silat.

Lambang perguruan Perisai Putih dibuat oleh F.X. Siswadi, murid Pak Boestam. Pada mukernas pertama di Surabaya tanggal 10 Oktober 1987, tulisan di lambang perguruan yang berbunyi Beladiri IPSI Perisai Putih dirubah menjadi Perguruan Silat Nasional Perisai Putih.

R. Achmad Boestami Barasoebrata wafat pada tanggal 27 Desember 1987 dan dimakamkan di Surabaya. Dengan moto padi semakin berisi semakin merunduk dan semboyan si vis pacem para bellum, PSN Perisai Putih yang berdiri dan berpusat di Surabaya ini berkembang pesat dan telah mempunyai banyak cabang dan ranting di berbagai daerah di Indonesia dan manca negara, termasuk Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar