Pencak silat Indonesia merupakan pusaka leluhur dan bagian yang tidak terpisahkan dari kekuatan kehidupan bangsa Indonesia yang di dalamnya memiliki aspek mental-spiritual, beladiri, seni dan olahraga, yang telah menjadi bagian budaya bangsa dan menjadi satu kesatuan seluruh jajaran pencak silat Indonesia serta sebagai bagian integral dari ketahanan nasional Indonesia. Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan melalui upaya-upaya yang sadar, terencana, tertata dan berkelanjutan, maka telah menjadi konsensus nasional pembentukan wadah organisasi pencak silat Indonesia yang diberi nama Ikatan Pencak Silat Indonesia atau disingkat IPSI yang didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, Jawa Tengah.
Organisasi IPSI dibentuk secara bertingkat. Di tingkat pusat disebut IPSI Pusat yang berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. IPSI Pusat membawahi IPSI Provinsi di seluruh Indonesia, sedangkan IPSI Provinsi membawahi semua IPSI Kabupaten / Kota di wilayah kerjanya. Keanggotaan IPSI adalah organisasi dan perguruan pencak silat, yang terdiri dari anggota khusus dan anggota biasa.
Persaudaraan Setia Hati Terate
Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang pada awalnya bernama Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC) didirikan pada tahun 1922 di daerah Pilangbango, Madiun, Jawa Timur, oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo, murid Ki Ngabehi Soerodiwirjo pencipta Pencak Setia Hati.
Pada tahun tersebut Ki Hadjar Hardjo Oetomo juga bergabung dengan Sarekat Islam untuk berjuang bersama-sama menentang penjajahan Belanda. Sebagai pendekar pencak, Ki Hadjar berkeinginan luhur untuk mendarmakan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Namun pelatihan pencak di dalam SH Pencak Sport Club kemudian diketahui oleh penjajah Belanda sehingga dilarang dan dibubarkan.
Untuk mengelabuhi penjajah Belanda, SH Pencak Sport Club yang dibubarkan Belanda diam-diam dirintis kembali dengan siasat menghilangkan kata Pencak sehingga menjadi SH Sport Club. Murid-murid Ki Hadjar pun kian bertambah hingga tersebar sampai Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo dan Yogyakarta. Kesempatan ini digunakan oleh Ki Hadjar guna memperkokoh perlawanannya dalam menentang penjajah Belanda.
Pada tahun 1925 penjajah Belanda menangkap Ki Hadjar yang kemudian dimasukkan ke dalam penjara di Madiun. Karena di dalam penjara Ki Hadjar berusaha membujuk rekan-rekan tahanan lainnya untuk mengadakan pemberontakan kepada penjajah Belanda, maka Ki Hadjar dipindah ke penjara Cipinang dan kemudian dipindah lagi ke penjara Padang Panjang di Sumatera. Setelah lima tahun mendekam di penjara, Ki Hadjar kembali ke kampung halamannya di Pilangbango, Madiun.
Selang beberapa bulan kemudian, kegiatan yang sempat macet mulai digalakkan lagi. Memasuki tahun 1942 pada saat kedatangan penjajah Jepang ke Indonesia, SH Pemuda Sport Club diganti nama menjadi SH Terate.
Selang enam tahun kemudian yaitu pada tahun 1948, SH Terate mulai berkembang merambah ke segenap penjuru. Dari hasil konferensi di rumah almarhum Ki Hadjar, SH Terate yang pada saat berdiri berstatus sebagai perguruan pencak silat kemudian dirubah menjadi organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Sebagai ketua, dipilihlah R.M. Soetomo Mangkoedjojo, murid Ki Hadjar yang sudah mencapai tingkat tiga.
Atas jasa-jasanya dalam perjuangan menentang penjajah Belanda, pada tahun 1950 Ki Hadjar Hardjo Oetomo dianugerahi gelar Pahlawan Perintis Kemerdekaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar